Kamis, 13 November 2008

SALAT PELAMBANG KEARIFAN DAN KEAGUNGAN TUHAN

Oleh: Muliadi Kurdi, S.Ag, M.Ag

Salat adalah salah satu kata yang diderivasi secara etimologis dari unsur bahasa Arab, yaitu “salaat” yang merupakan mufrad dari kata “salawaat” artinya doa, rahmat dari Tuhan (al-Marbawi: 1350 H). Sedangkan menurut syara’ berarti menghadap jiwa dan raga kepada Allah; mengakui eksistensi-Nya secara mutlak; mengagungkan kebesaran-Nya penuh dengan kesadaran dan kekhusyukan melalui perkataan yang diikutserakan dengan perbuatan; dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan Salam. Definisi ini sejalan dengan pemikiran Sayyid Sabiq dalam kitabnya, “Fikih Sunnah” salat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan Salam (Sayyid Sabiq, 191: 1995).
Bagi ummat Islam mengerjakan salat merupakan kewajiban yang mutlak dilaksanakan lima kali dalam sehari semalam. Ibadah ini telah menjadi ketentuan yang ditetapkan atas dasar hukum syariat. Meninggalkan salat hukumnya dosa, sementara yang mengerjakannya akan memperoleh pahala. Inilah pengertian dan tujuan salat secara sederhana dipahami di kalangan mayoritas masyarakat Islam sampai saat ini.
Islam telah memposisikan salat sebagai salah satu ibadah yang paling krusial bagi ummat Islam dari ibadah-ibadah lain. Rasulullah Saw meumpamakan, salat itu “tiang agama”; tiang tempat bergantung dan bersandar seluruh pekerjaan-pekerjaan yang dianggap baik menurut agama. Di dalam hadits dijelaskan, “pokok urusan adalah Islam, sedang tiangnya ialah salat dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah” (Hadits). Penjelasan ini dapat dipahami bahwa kesempurnaan seluruh ibadah dalam ajaran Islam sangat tergantung ada tidaknya melaksanakan ibadah salat.
Allah Swt telah memberikan kemuliaan dan membedakan ummat Islam dari ummat-ummat sebelumnya melalui ibadah salat. Jaminan yang diberikan dengan menjauhkan kekuatiran dan ketakutan bagi yang sedang melaksanakan salat. Penjelasan ini diketengahkan al-Quran melalui surat al-Baqarah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Qs. al-Baqarah (2): 277).
Bila seseorang telah mengerjakan salat dengan penuh rasa ikhlas, khusu’ dan penuh iman kepada Alllah, berarti ia telah mampu mengantarkan diri sampai pada suatu maqam ‘ubudiyah yang berada dalam pertalian menyeluruh dengan Tuhannya. Melalui harapan dan doa-doa yang diucapkan dalam ibadah itu telah mengambarkan keagungan Tuhan sebagai Khaliq.
Nilai-nilai keagungan itu semakin terlihat saat seseorang sedang melaksanakan ruku’ dan sujud; bersimpuh di hadapan-Nya dengan menanggalkan atribut keduniawian; jauh dari sifat kesombongan dan keangkuhan. Dan ini telah mencapai puncak kesempurnaan ketika seseorang hamba berkata, “inna salati, manusuki, wamahyaya, wa mamati lillahi Rabb ‘Alamin” artinya sesungguhnya salatku, perbuatanku, hidupku, dan matiku kuserahkan sepenuhnya pada-Mu Tuhan; ucapan ini telah menjadi bukti kebesaran Tuhan atas makhluk-Nya.

HIKMAH SALAT
Salat merupakan sarana hikmah dan penghapusan dosa. Dengan salat seseorang mampu membawa dirinya kembali ke jalan kebaikan (fitrah). Baginda Rasulullah Muhammad Saw sendiri pernah bersabda, “Dirikanlah salat, sesungguhnya dengan salat itu akan menjauhkan kamu dari perbuatan keji dan mungkar” (Hadits).
Di samping menjadi sarana penghapusan dosa dari perbuatan keji dan mungkar, salat dalam seluruh gerak-gerikanya sarat nilai-nilai kesehatan. Para ahli kesehatan telah menganalisis dari seluruh gerakan yang ada dalam salat dengan mengatakan setiap gerakan dalam salat itu memiliki manfaat yang paling besar bagi kesehatan manusia. Misalanya ketika melaksanakan takbiratul ikhram, saat itu seseorang berada pada posisi tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipat kedua tangan antara dada dan pusar. Pada kondisi ini akan membuat aliran darah seseorang lancar dan menambah kekuatan pada otot lengan. Sedangkan saat mengangkat kedua tangan membuat otot bahu merenggang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Ketika ruku’ dengan membengkokkan tulang belakang, dan meluruskannya merenggangkan antara tulang dan otot punggung akan mempelancar perdarahan dan gerah bening. Aliah BP. Hasan dalam bukunya, “Pengantar Psikologi Kesehatan Islam” mengatakan ruku’ merupakan salah satu metode untuk menguatkan otot-otot pada persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut, ketika ruku’ seseorang merenggangkan otot punggung sebelah bawah, otot paha, dan otot betis secara penuh. Tekanan akan terjadi pada otot lambung, perut dan ginjal, sehingga darah akan terpompa ke atas tubuh. Dengan demikian hikmah yang terdapat dalam salat itu tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan jiwa, tapi juga pada kesehatan fisik manusia.

MENINGGALKAN SALAT
Meninggalkan salat dengan sengaja atau di luar ketentuan syariat telah menjadikan jurang pemisah antara Islam dan kafir. Konsekwensi ini menjadi dorongan bagi Ummat Islam untuk melaksanakan salat. Rasulullah Saw dalam hadits beliau bersabda, “sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan salat” (HR. Muslim dalam kitab, al-Iman); sementara dalam hadits lain yang berasal dari Buraidah bin al-Hushaib ra berkata, “aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Perjanjian antara kita dan mereka adalah salat, barangsiapa yang meninggalkannya maka benar-benar ia telah kafir” (Hr. Abu Daud, Turmizi, An-Nasai, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Ketika ibadah salat mampu dilaksanakan dengan baik, maka akan menuai sejuta hikmah; terhindar dari sifat-sifat takabbur, kedengkian, dan keangkuhan sehingga akan membuat diri seseorang semakin dekat dengan kedamaian (peace in mind); tidak hanya dengan dirinya, tapi juga akan membawa damai terhadap alam dan lingkungannya. Di sinilah terlihat betapa besar pengaruh salat bagi kehidupan ummat Islam dalam memaknai kearifan dan keagungan Tuhan.